Jamintel Kejagung Prof.Dr. Reda Manthovani SH, LLM saat menerima detikcom Awards 2024 untuk kategori Tokoh Pejuang Hak-hak Disabilitas, Jakarta, pada 17 Oktober 2024.foto detik.com.
BATARA.Info, Jakarta – Kesibukan Reda Manthovani sebagai Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen (Jamintel) Kejagung. Membuatnya tak menolak, saat negara mempercayakannya sebagai Chef de Mission untuk memandu kontingen paralimpiade April 2024.
Saat dipercaya negara tersebut. Pria yang pernah terlibat dalam bela diri, khususnya taekwondo dan pencak silat, turut memantau fasilitas ‘kampung atlet’ yang menampung atlet paralimpiade Indonesia di Saint-Denis, Prancis, dan menyebut bahwa fasilitasnya memadai.
Atas perjuangan memandu kaum disabilitas, Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen (Jamintel Kejaksaan RI) Reda Manthovani meraih detikcom Awards 2024 untuk kategori Tokoh Pejuang Hak-hak Disabilitas. Reda dinilai telah ikut berperan dalam memperjuangkan hak-hak kaum disabilitas.
Bahkan suami dari Syuastri Reda Manthovani ini menyaksikan langsung sesi latihan para atlet tenis meja Indonesia di South Paris Arena.
Untuk menggali lebih dalam tentang kiprahnya terlibat aktif memperjuangkan hak-hak kaum disabilitas, senior batara.TV dan batara.info, Gembong Wiroyudo berhasil mewawancarai Jamintel Kejagung Prof.Dr.Reda Manthovani, SH, LLM, di ruang kerja Jamintel Kejagung, Jakarta, belum lama berselang.
Berikut petikannya.
Gembong Wiroyudo (GW) : Apa saja bentuk nyata perjuangan bapak dalam membela hak2 disabilitas sampai dengan memperoleh penghargaan tokoh perjuangan hak-hak disabilitas?
Prof. Reda : Jadi itu panggilan hati, karena saya melihat kawan-kawan disabilitas ini punya semangat yang tinggi dalam memperjuangkan hidupnya, walaupun ada kekurangan dalan organ tubuhnya, tetapi mereka punya semangat yang luar biasa, yaitu ketika saya menjadi chef de mission paralimpiade di Paris, April 204.
Jadi saya bukan hanya memimpin kontingen atlet olahraga paraolimpiade, tetapi proses awalnya selama pemusatan latihan setahun, saya bolak-balik ke Solo, saya melihat mereka perjuangannya luar biasa, dan ternyata hasil dipertandingan paralimpiade di Paris juga luar biasa.Dmana selama saya berinteraksi dengan mereka, memanggil saya untuk mereka yang disabilitas dan belum tergabung dalam olah raga para disabilitas untuk ikut turut serta menggeluti dunia olah raga, ataupun di bidang khususnya bagi mereka yang hobi di bidang olah raga.
Dan, pada setiap tanggal 3 Desember itu dalam rangka ulang tahun disibilitas. Namun, kami melaksanakannya tanggal 7 Desember 2024. Kami rencananya mengadakan kunjungan ke SLB -SLB yang ada di Jakarta sekaligus memberikan bantuan dan mendatangi serta mensosialisasikan (dengan membawa atlet) kepada mereka yang punya hobbi olah raga.
Nah ini loh kalau mau jadi atlet, tetapi tidak ujug-ujug melainkan harus melalui proses latihan. Disini ada tempat latihan dan kami punya tempat latihannya dan kita uga punya grup WA bernama Nasional Paralimpiade (NPC) di DKI Jakarta, dan kami megajaknya untuk mensosialisasikan.
Mudah-mudahan dengan adanya sosialisasi dari NPC ini, teman-teman disibilitas ini tergerak hatinya di olah raga atau minimal untuk kesehatan, dan banyak teman. Sehingga pola pikirnya terbuka.
Lebih dari itu, mereka mempunyai banyak ide. Karena menurut sebagian dari mereka yang disabilitas, perasaan mereka dunia ini gelap, tapi ternyata setelah mereka menjalani, punya jaringan dan banyak teman, berinteraksi dengan komunitasnya, saya yakin mereka yang disabilitas insya Allah akan menikmati hal yang membahagiakan.
Sebab saya melihat, atlet disibilltas hidupnya dua (2) kali lebih semangat dari atlet biasa, saya melihatnya seperti itu.
Di tanggal 7 Desember 2024, setelah dari panti kami kumpulkan sekitar 2.500 orang untuk jalan santai bersama kurang lebih 500 meter, ada sosialisasi dari atlet disibiltas yang berprestasi di paralimpiade Paris, seni, UMKM dari disibiltas, hiburan seni dari disabilitas menampilkan artis disabilitas puteri Aryani dan beberapa yang lain.
Yang jelas kegiatan ini dari disibilitas untuk kita semua.
Sehingga terpadu satu sama lainnya. Harapannya, mereka yang disibiltas saling kenal mengenal satu sama lainnya dan punya banyak teman, serta bagi yang tertarik dibidang olah raga bisa disalurkan, demikian juga dengan mereka di bidang seni. Harapannya bisa membantu.
GW : Apakah ada rencana tahapan jangka panjang untuk membina kaum disabilitas?
Prof. Reda : Kalau mereka berminat di bidang olah raga misalnya, nanti kita dorong supaya bisa, mereka perlu alat apa? Misalnya, kursi roda untuk balapan (bertanding) di berbagai macam olah raga, nanti kita suport. Namun, yang paling penting, harapannya bagi saya, mereka punya keinginan dulu. Sebab, kalau tidak ada niat atau keinginan dari mereka tidak akan jalan.
Jadi, mengadakan acara di tanggal 7 Desember kemarin, mereka yang punya keinginan di bidang olah raga, menyalurkan hobi seni, dan berbisnis UMKM.
Untuk, hal ini juga saya mengajak rekan-reka yang sefrekuensi untuk membantu kaum disabilitas. Seperti pengusaha Yusuf Hamka, Daniel Azhar Simanjuntak, artis Rafi Ahmad. Bahkan pengacara senior dan kawakan untuk membantu kegiatan ini dan berkelanjutan.
GW : Apakah kaum disabilitas mempunyai hak yang sama dalam kepemimpinan di Indonesia
Prof Reda : Sama haknya dengan yang lain.
Hal terkait lainnya, apabila kaum disabilitas mellakukan kejahatan tetap harus di hukum.
Cuman, harus dilihat dulu benar tidak mereka melakukan kejahatan ini.
Apakah dalam tindakannya, disabilitas misalnya tidak punya lengan, dan dituduh memperkosa? Bagaimana konstruksi hukumnya dan fakta hukumnya, dari fakta kezoliman. Apakah sesuai atau tidak, jangan sampai sekedar dipaksakan, misalnya.
Terus, yang kedua. Menjadi pemimpin, tidak ada halangan atau rintangan bagi kaum disabilitas untuk memimpin. Atau bahkan masuk kejaksaan Agung.
Kami disini (Kejagung) menyediakan pos-pos tertentu yang sesyaice ga disabilitas.
Bahkan di lantai bawah di Kejagung, ada pos khusus untuk wawancara buat teman- teman disabilitas sampai dua minggu ke depan dalam memperoleh pekerjaan misal di kejagung, legislatif dan pemimpin lainnya diperbolehkaan, sepanjang kaum disabilitas memiliki kemampuan, tidak ada larangan, tidak ada perbedaan, dan itulah Indonesia.