Batara | AS sedang berusaha melobi Indonesia agar mau mengizinkannya mendirikan pangkalan militer bagi pesawat pembom nuklir B-52. Usulan AS ini jelas ditolak oleh Indonesia dimana pangkalan militer B-52 AS cuma membawa masalah saja.
Indonesia yang tak ingin terlibat dalam huru hara AS dan China tak mau ada pangkalan militer B-52 milik asing berdiri di atas NKRI.
Indonesia cuma mau bekerja sama dengan AS dan China sesehat mungkin, latihan militer bersama diizinkan namun pangkalan militer bersama tidak. Alasannya adanya pangkalan militer asing tak sesuai dengan amanat UUD 1945.
Terlebih Indonesia tahu bagaimana kehadiran militer asing di negaranya merusak tatanan keamanan nasional.
Anggota DPR RI Sufmi Dasco Ahmad sudah jauh-jauh hari menjelaskan jika Indonesia mempromosikan perdamaian di kawasan. Bukan memantik api peperangan di Asia Tenggara dan dunia.
“Sebaliknya, kami memiliki peran penting dalam mempromosikan perdamaian dan keamanan di kawasan ASEAN. Jadi, kami dapat mengatakan bahwa rumor tentang hal itu (pangkalan militer AS) tidak benar,” jelas Sufmi.
Kementerian Luar Negeri Indonesia juga menegaskan wilayah NKRI tak akan didirikan pangkalan militer dari negara manapun. Yang berhak mendirikan pangkalan militer di NKRI cuma TNI, sesuai dengan Undang-Undang.
“Saya tegaskan dengan tegas bahwa berdasarkan prinsip politik luar negeri Indonesia, wilayah Indonesia tidak dapat dan tidak akan dijadikan pangkalan militer negara mana pun,” jelas Menlu Retno Marsudi beberapa waktu lalu.
Soal pangkalan militer, AS memang tengah berusaha kesana kemari.
Di Filipina, Papua Nugini, Jepang, Guam, Korea Selatan hingga Taiwan semua ada pangkalan militer AS.
Aksi AS didasarkan pada agresivitas China di Indo Pasifik. Mereka ingin menegakkan aturan Indo Pasifik yang bebas dan terbuka untuk menangkal klaim Nine Dash Line China.
Pada dasarnya Indonesia sejalan dengan Free and Open Indo Pacific. Namun slogan ini juga secara langsung menjaga hegemoni AS di Pasifik. Bisa dibilang tatanan dunia perlu diubah karena di bawah AS malah tambah acak adul.
Adanya China setidaknya bisa mengubah tatanan dunia meski cuma di Asia yang tak menguntungkan di bawah AS. Misal adanya Belt and Road Initiative (BRI) dimana China sebagai pengagas bagi-bagi keuntungan ekonomi dalam program ini.
China bahkan menyiapkan anggaran Rp1.000 triliun per tahun yang bisa dipinjam oleh negara lain untuk mendukung BRI. Dan Indonesia salah satu peminjam dana ini untuk membangun infrastruktur pelabuhan, tol, bandara hingga kereta cepat. Hasilnya memang menguntungkan bagi Indonesia dan China.
Tapi ada salah satu kesalahan China sehingga membuat Indonesia tak berani terang-terangan membelanya melawan AS. Klaim China di Natuna Utara.
Klaim ini ditanggapi Indonesia dengan kepalan tangan. Jakarta mana sudi wilayahnya direbut pihak asing tanpa perlawanan sama sekali.
“Saya tekankan bahwa Indonesia selalu mengambil posisi dalam upaya menjaga hubungan terbaik dengan semua negara, terutama semua negara besar,” kata Menhan Indonesia Prabowo.
Meski demikian China berjaga-jaga bersiap menyerang pangkalan militer AS bila didirikan di Indonesia.
“Jika China dan Amerika Serikat berperang, maka pangkalan militer AS yang dekat dengan daratan China akan dihancurkan oleh China.
Oleh karena itu, pesawat pengebom AS tidak bisa kembali ke pangkalan angkatan udara semula setelah selesai melaksanakan misi,” jelas media China Sohu pada 28 Juli 2023.
Memang Indonesia tepat menolak permintaan AS mendirikan pangkalan militer B-52 di wilayah NKRI. [ary]