Fahira: Kesejahteraan, Mutu dan Distribusi Guru Jadi Tantangan Para Capres

Batara.info | Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2023 dan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) idealnya menjadi momentum bagi bangsa ini untuk mengevaluasi sudah sejauh mana kebijakan negara menjadikan guru sebagai pilar utama kemajuan pendidikan. Ini karena, di negara manapun di dunia, keberhasilan program pendidikan sangat tergantung kepada kesejahteraan, mutu dan distribusi guru.

Anggota DPD RI yang juga pemerhati pendidikan Fahira Idris mengungkapkan, setidaknya ada tiga tantangan utama siapapun nanti Capres/Cawapres yang terpilih terkait guru dan kaitannya dengan kemajuan dunia pendidikan yaitu kesejahteraan guru, peningkatan mutu atau kualitas guru dan pemerataan distribusi guru.

“Siapa pun Presiden yang terpilih nanti, harus memiliki program yang cepat, tepat dan berkesinambungan terkait kesejahteraan, mutu dan distribusi guru ini. Selama guru belum sejahtera, kualitasnya tidak ditingkatkan dan distribusinya belum merata, maka selama itu juga dunia pendidikan kita belum kokoh sebagai daya ungkit kemajuan bangsa,” ujar Fahira Idris melalui keterangan tertulisnya (26/11/2023).

Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta ini mengungkapkan, ke depan ekspansi anggaran bidang pendidikan selain untuk infrastruktur dan operasional, jumlahnya dan alokasinya harus ditingkatkan untuk kesejahteraan guru. Keberpihakan anggaran negara untuk guru adalah jawaban persoalan kesejahteraan guru yang sudah berdekade terus menjadi isu yang terus menjadi tantangan.

Selain soal kesejahteraan, persoalan menahun terkait guru dan kaitannya dengan kemajuan dunia pendidikan adalah peningkatan dan pemerataan mutu atau kualitas guru serta distribusi guru yang belum kunjung merata. Ke depan, strategi peningkatan kompetensi melalui pengembangan profesional berkelanjutan (continuous professional development) harus menjadi jangkar utama peningkatan mutu atau kualitas guru.

Program ini agar guru termasuk tenaga kependidikan madrasah mampu menjalankan paradigma pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, entrepreneurial, dan menyenangkan. Program ini juga untuk memberdayakan peran kepala sekolah sebagai manajer sistem pendidikan yang unggul.

Sementara itu, persoalan distribusi guru yang belum kunjung merata dikarenakan satuan pendidikan di daerah perkotaan mengalami kelebihan guru, tetapi satuan pendidikan di daerah terpencil masih mengalami kekurangan guru harus segera dipecahkan. Salah satu yang perlu segera dilakukan adalah program peningkatan efisiensi, efektivitas, pengelolaan, dan pemerataan distribusi guru.

Sudah saatnya penyediaan tenaga pendidik di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan sesuai dengan standar pelayanan minimal. Artinya guru di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan memiliki kualifikasi akademik dan profesionalisme yang setara dengan daerah lainnya.

“Memang kualitas pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor tidak hanya kesejahteraan, kualitas dan kompetensi guru. Namun juga faktor kepemimpinan akademik dan manajerial di sekolah, prasarana dan sarana, sistem penjaminan mutu, dan ketersediaan dukungan sumberdaya finansial. Namun dari semua itu, kesejahteraan, kualitas dan distribusi guru yang merata adalah pilar utamanya,” pungkas Fahira Idris. [ary]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *